Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta menyatakan terjadi penurunan jumlah penduduk miskin di Jakarta untuk tahun 2009 sebanyak 56,4 ribu orang menjadi 323,2 ribu orang (3,62 persen).
"Selama tiga tahun terakhir terjadi kecenderungan penurunan jumlah penduduk miskin di Jakarta," ujar Kepala BPS DKI Agus Suherman di Jakarta.
Pada tahun 2008, jumlah penduduk miskin Jakarta adalah sebanyak 379,6 ribu orang (4,28 persen) dan pada tahun 2007 adalah sebanyak 405,7 ribu (4,5 persen) dan jumlah tertinggi penduduk miskin Jakarta adalah pada 2006 yakni sebanyak 407,1 ribu orang (4,6 persen).
Menurut Agus, jumlah tersebut merupakan imbas dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak dua kali pada tahun 2005, karena jumlah penduduk miskin pada tahun 2005 adalah sebanyak 316,2 ribu orang.
"Imbas kenaikan BBM terhadap peningkatan angka kemiskinan mencapai puncaknya pada tahun 2006," jelasnya.
Sementara garis kemiskinan atau rata-rata pengeluaran perkapita perbulan selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya, dimana untuk tahun 2009 angka garis kemiskinan tersebut adalah Rp316.936, mengalami peningkatan dari tahun 2008 yang sebesar Rp290.268.
"Garis kemiskinan selalu menunjukkan peningkatan setiap tahun terkait dengan angka inflasi dan pola konsumsi masyarakat," kata Agus.
Sementara untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS), jumlahnya mengalami peningkatan dari 160.480 RTS pada 2005 menjadi 180.660 pada 2008.
"Jumlah ini berbeda dengan jumlah penduduk miskin karena memperhitungkan juga jumlah penduduk hampir miskin," terangnya.
Penghitungan RTS adalah untuk menyediakan database untuk penerima program pemerintah pusat maupun daerah seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Beras Miskin (Raskin), maupun Jaminas Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Penentuan RTS tersebut menggunakan 14 kriteria yaitu luas lantai bangunan tempat tinggal, jenis lantai bangunan tempat tinggal terluas, jenis dinding bangunan tempat tinggal terluas.
Fasilitas tempat buang air besar, sumber air minum, sumber penerangan utama, jenis bahan bakar untuk memasak sehari-hari, konsumsi daging/ayam/susu dalam satu minggu, makan dalam sehari untuk setiap anggota rumah tangga, pembelian pakaian baru untuk setiap anggota/sebagian anggota rumah tangga dalam setahun.
Selanjutnya kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas/poliklinik, lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga, pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala rumahtangga, pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala rumah tangga dan kepemilikan aset/tabungan.
"Selama tiga tahun terakhir terjadi kecenderungan penurunan jumlah penduduk miskin di Jakarta," ujar Kepala BPS DKI Agus Suherman di Jakarta.
Pada tahun 2008, jumlah penduduk miskin Jakarta adalah sebanyak 379,6 ribu orang (4,28 persen) dan pada tahun 2007 adalah sebanyak 405,7 ribu (4,5 persen) dan jumlah tertinggi penduduk miskin Jakarta adalah pada 2006 yakni sebanyak 407,1 ribu orang (4,6 persen).
Menurut Agus, jumlah tersebut merupakan imbas dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak dua kali pada tahun 2005, karena jumlah penduduk miskin pada tahun 2005 adalah sebanyak 316,2 ribu orang.
"Imbas kenaikan BBM terhadap peningkatan angka kemiskinan mencapai puncaknya pada tahun 2006," jelasnya.
Sementara garis kemiskinan atau rata-rata pengeluaran perkapita perbulan selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya, dimana untuk tahun 2009 angka garis kemiskinan tersebut adalah Rp316.936, mengalami peningkatan dari tahun 2008 yang sebesar Rp290.268.
"Garis kemiskinan selalu menunjukkan peningkatan setiap tahun terkait dengan angka inflasi dan pola konsumsi masyarakat," kata Agus.
Sementara untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS), jumlahnya mengalami peningkatan dari 160.480 RTS pada 2005 menjadi 180.660 pada 2008.
"Jumlah ini berbeda dengan jumlah penduduk miskin karena memperhitungkan juga jumlah penduduk hampir miskin," terangnya.
Penghitungan RTS adalah untuk menyediakan database untuk penerima program pemerintah pusat maupun daerah seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Beras Miskin (Raskin), maupun Jaminas Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Penentuan RTS tersebut menggunakan 14 kriteria yaitu luas lantai bangunan tempat tinggal, jenis lantai bangunan tempat tinggal terluas, jenis dinding bangunan tempat tinggal terluas.
Fasilitas tempat buang air besar, sumber air minum, sumber penerangan utama, jenis bahan bakar untuk memasak sehari-hari, konsumsi daging/ayam/susu dalam satu minggu, makan dalam sehari untuk setiap anggota rumah tangga, pembelian pakaian baru untuk setiap anggota/sebagian anggota rumah tangga dalam setahun.
Selanjutnya kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas/poliklinik, lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga, pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala rumahtangga, pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala rumah tangga dan kepemilikan aset/tabungan.
Penyebaran RTS di wilayah Jakarta adalah terbanyak di Jakarta Utara sebanyak 54.827 RTS, disusul oleh Jakarta Timur 50.856 RTS, Jakarta Barat 37.194 RTS, Jakarta Pusat 26.531, Jakarta Selatan 10.601 RTS dan Kepulauan Seribu 651 RTS.(B8).
Sumber :
http://www.fauzibowo.com/berita.php?id=1825
7 November 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar